Selain menjaga hawa nafsu, puasa yang hakiki juga berarti menahan diri untuk tidak makan dan minum kurang lebih selama 12 jam. Bagi orang kebanyakan, berpuasa dapat dijalani tanpa kendala. Namun, bagaimana bagi mereka dengan kondisi kesehatan khusus seperti orang dengan diabetes mellitus, apakah tetap bisa berpuasa tanpa khawatir?
Banyak pro dan kontra mengenai apakah penyandang diabetes (diabetisi) boleh berpuasa atau tidak. Apakah dengan tetap menjalankan puasa ada manfaat yang didapat oleh diabetisi? Lalu, bagaimana dengan pengaturan meminum obat atau pemberian insulin?
Untuk penderita diabetes mellitus ada beberapa risiko yang mungkin terjadi ketika berpuasa, seperti:
Kelompok risiko bagi penyandang diabetes yang berpuasa
1. Risiko sangat tinggi
Biasanya dimiliki oleh penyandang diabetes tipe 1 yang sudah menggunakan insulin untuk mengendalikan kadar gula darahnya, memiliki riwayat hipoglikemi berat dan berulang dalam periode tiga bulan sebelumnya, memiliki penyakit akut, tidak dapat mengendalikan kadar gula darah dengan baik, dan berada dalam kondisi hemodialisis kronik. Biasanya kelompok risiko ini tidak dianjurkan untuk berpuasa
2. Risiko tinggi
Pasien diabetes mellitus terkendali dengan HbA1c 7,5-9%, memiliki gangguan ginjal, memiliki penyakit penyerta atau faktor risiko tambahan, berusia lanjut dengan kondisi kurang sehat, dan tinggal sendirian. Kelompok ini juga tidak dianjurkan untuk berpuasa kecuali dengan pengawasan yang ketat dari anggota keluarga terdekat dan mematuhi anjuran dokter keluarga yang sudah mengenal dan memantau kesehatan pasien.
3. Risiko sedang
Penyandang diabetes mellitus yang terkendali dengan konsumsi obat oral insulin. Diabetisi yang berada di kelompok risiko ini boleh berpuasa dengan berkonsultasi oleh dokter sebelum memulai puasa
4. Risiko ringan
Penyandang diabetes mellitus terkendali dengan kadar gula darah yang baik, menjalani terapi diet, sehat, dan mengonsumsi obat golongan metformin atau thiazolidinedione. Diabetisi yang berada di kelompok risiko ini boleh berpuasa dengan berkonsultasi oleh dokter sebelum memulai puasa
Konsultasi dan edukasi
Sebaiknya semua diabetisi yang akan menjalani puasa harus berkonsultasi dulu dengan dokternya terkait kondisi kesehatannya. Konsultasi dan penilaian medis ini sebaiknya dilakukan satu hingga dua bulan menjelang puasa. Biasanya dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes akan memberikan edukasi terkait penanganan hipoglikemia, pemantauan kadar gula darah berkala, perencanaan pola makan, aktivitas fisik yang bisa dilakukan, pemberian obat, penanganan bila terjadi komplikasi, serta pentingnya minum banyak air.
Pemantauan gula darah saat puasa
Pemantauan gula darah saat puasa merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh para diabetesi. Paling sedikit sekali dalam sehari, diabetisi harus mengecek gula darah mereka. Bagi yang menggunakan insulin atau memiliki penyakit penyerta bisa melakukan pemeriksaan gula darah mandiri secara lebih sering. Jangan lupa, perhatikan dan kenali juga gejala hipoglikemia. Agar apabila terjadi kondisi tersebut, bisa segera ditangani dengan tepat. Gejala hipoglikemia yang harus diwaspadai, seperti lapar, mual, lemah, lesu, sulit bicara, keringat dingin pada wajah, gemetar, berdebar-debar, hingga hilang kesadaran dan kejang.
Pengelolaan makan selama puasa
Hal lain yang penting dilakukan bagi para diabetisi adalah pengaturan pola makan. Hindari dan kurangi asupan makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan lemak, seperti makanan siap saji, perbanyak konsumsi sayur dan buah serta karbohidrat yang kompleks. Karbohidrat kompleks dan serat mengandung indeks glikemik rendah yang akan membantu melepaskan energi secara perlahan sehingga energi di tubuh akan bertahan lebih lama. Asupan protein juga penting. Makanan yang berprotein tinggi akan membantu memulihkan dan memperbaiki sel-sel otot yang rusak ketika berolahraga atau beraktivitas berat. Bulan Ramadan juga menjadi waktu yang tepat untuk menghentikan kebiasaan merokok, ngemil, dan minum kopi
Aktivitas fisik saat berpuasa
Meski berpuasa tetap boleh melakukan aktivitas fisik, asalkan dicermati kapan waktu yang tepat, apa jenisnya, dan berapa lama waktu istirahat yang dibutuhkan. Biasanya waktu berolah raga yang terbaik adalah setelah berbuka puasa, atau 30-60 menit menjelang berbuka puasa.
Jenis olahraga yang dianjurkan:
Jangan lupa cek kadar gula darah Anda sebelum berolah raga ya.
Kapan diabetisi perlu membatalkan puasa?
Puasa Ramadan bagi diabetisi bisa meningkatkan risiko komplikasi diabetes mellitus. Namun, pemantauan yang cermat dapat mengurangi risiko hipoglikemia dan komplikasi tersebut. Jadi, jangan lupa konsultasi dulu dengan dokter Anda ya.
Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, & Diabetes
RS Pondok Indah - Bintaro Jaya