Berhubungan Seks saat Hamil? Kenapa Tidak?

Rabu, 06 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Sejatinya kehamilan bukanlah merupakan halangan bagi pasangan suami istri untuk melakukan hubungan seksual

Berhubungan Seks saat Hamil? Kenapa Tidak?

Kehamilan merupakan kondisi yang dapat memengaruhi kualitas hubungan seksual bahkan menyebabkan disfungsi seksual antar pasangan suami dan istri. Pada masa kehamilan kerap terjadi penurunan aktivitas seksual, terutama saat trimester ketiga kehamilan.


Beberapa penelitan menyatakan bahwa sekitar 90 persen dari wanita hamil tidak melakukan aktivitas seksual dalam empat minggu terakhir dan 70 persen wanita hamil tidak mempermasalahkan penurunan gairah seksual pada masa kehamilan.


Hal tersebut diakibatkan karena wanita hamil kerap mual dan muntah, rasa takut akan dampak buruk yang mungkin ditimbulkan seperti keguguran, nyeri, atau pendarahan, serta pengaruh hormonal yang menyebabkan perubahan emosional. 


Amankah aktivitas seksual saat hamil?

Sebenarnya sampai saat ini belum terdapat kesepakatan ilmiah yang baku mengenai amannya aktivitas seksual pada masa kehamilan. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-beda.


Penelitian di Beijing pada 2012 melaporkan bahwa aktivitas seksual merupakan faktor risiko terjadinya kelahiran prematur. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya pada 2001 di Amerika yang melaporkan bahwa hubungan seksual tidak meningkatkan risiko kelahiran prematur dari usia kehamilan 29 – 36 minggu.


Sama halnya dengan penelitian di Malaysia pada 2013 yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan komplikasi kelahiran prematur akibat hubungan seksual pada masa kehamilan.


Meskipun demikian, sebelum melakukan aktivitas seksual, sebaiknya Anda harus mengetahui bagaimana kondisi kesehatan Anda dan pasangan, juga kondisi kehamilan dan janin Anda. 


Aktivitas seksual saat kehamilan

Berikut ini tahapan aktivitas seksual saat kehamilan yang dibedakan menurut usia kehamilan:


  • Trimester pertama, mungkin terjadi penurunan libido akibat perubahan hormonal sehingga wanita hamil akan mengalami mual atau muntah maupun kelelahan. Belum lagi ada kekhawatiran ketika sedang ‘hamil muda’ sebaiknya tidak melakukan aktivitas seksual karena kondisi kehamilan yang masih rentan. Hal ini dapat mengakibatkan Anda dan pasangan menunda melakukan aktivitas seksual.


  • Trimester kedua, frekuensi dari keluhan mual/muntah akan menurun dan terjadi pembesaran payudara serta panggul, sehingga libido mungkin mengalami peningkatan. Anda dan pasangan mungkin lebih leluasa melakukan aktivitas seksual pada trimester ini, namun harus tetap berhati-hati karena beberapa aktivitas seksual dapat merangsang terjadinya kontraksi rahim.


  • Trimester ketiga, rahim akan semakin membesar, pertambahan berat badan dominan, sehingga akan menimbulkan keluhan seperti nyeri punggung, sesak napas, dan aktivitas fisik menjadi terbatas sehingga mungkin menyebabkan penurunan libido. Pada trimester akhir ini, banyak pasangan yang kembali enggan melakukan aktivitas seksual karena faktor penurunan libido dan perubahan bentuk fisik ibu hamil. Hal ini yang biasanya membuat istri tak lagi nyaman beraktivitas seksual.


Aspek psikologis, sosial, budaya, dan pandangan etik dari suami dan istri juga dapat memengaruhi aktivitas seksual pada masa kehamilan. Konflik dapat terjadi apabila terdapat perbedaan pandangan antar suami dan istri, maka itu, melakukan konseling dengan dokter terkait aktivitas seksual yang aman pada masa kehamilan, dapat menjadi penting untuk dilakukan.


Aktivitas seksual yang dilakukan selama masa kehamilan sebaiknya juga dilakukan dengan penuh kehati-hatian, karena aktivitas tertentu dapat merangsang terjadinya kontraksi rahim. Hal ini dapat membahayakan, terutama bila masa persalinan masih lama.


Secara umum kontraksi rahim secara fisiologis dipicu oleh beberapa kandungan kimia seperti prostaglandin dan hormon oksitosin. Semen (cairan sperma yang merupakan hasil ejakulasi) mengandung prostaglandin, oleh karenanya mungkin akan mengakibatkan kontraksi rahim.


Selain itu, kontak antara penis dan leher rahim saat aktivitas seksual juga memicu pelepasan hormon prostaglandin. Aktivitas seksual tertentu, seperti stimulasi genital maupun payudara, proses penetrasi penis ke dalam leher rahim, dan kondisi orgasme pada wanita juga akan memicu pelepasan hormon oksitosin, yang selanjutnya dapat memicu kontraksi rahim.


Apabila kontraksi rahim telah terpicu, maka risiko untuk terjadinya proses kelahiran akan meningkat.


Hubungan seksual aman saat hamil

Pemilihan posisi hubungan seksual membantu meningkatkan kenyamanan saat melakukan aktivitas seksual selama masa kehamilan. Hindari posisi telentang atau “missionary” karena dapat menimbulkan penekanan pada pembuluh darah besar di daerah perut bawah.


Sebagai alternatif dapat dilakukan posisi “woman on top” ataupun “side by side”.


Secara umum, aktivitas seksual tidak membahayakan janin karena tubuh memiliki sistem proteksi terhadap janin, yakni cairan ketuban serta struktur otot dalam rahim.


Namun, terdapat beberapa kondisi di mana aktivitas seksual sebaiknya dihindari, yakni ketika:


  1. Ada riwayat keguguran pada kehamilan sebelumnya
  2. Terjadi kontraksi rahim sebelum usia 37 minggu kehamilan
  3. Kondisi ketuban telah pecah/merembes (ketuban pecah dini)
  4. Posisi plasenta di bawah rahim (plasenta previa) sehingga menutup jalan rahim, pada kondisi ini stimulasi mekanis dari aktivitas seksual mungkin menyebabkan terjadinya perdarahan, 
  5. Solusio plasenta, yakni lepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim sehingga memicu perdarahan, 
  6. Terdapat riwayat perdarahan per-vaginam saat kehamilan,
  7. Kehamilan kembar/ganda atau lebih; karena terdapat hipotesis bahwa pelebaran leher rahim yang terjadi akibat kehamilan ganda ditambah dengan stimulasi aktivitas seksual akan meningkatkan kerentanan terjadinya kelahiran prematur. 


Aktivitas seksual setelah persalinan

Pada masa pasca-persalinan (post-partum period), suami dan istri aman melakukan hubungan seksual kembali minimal 6 minggu setelah proses melahirkan.


Pada waktu tersebut, perlukaan jaringan organ genitalia akibat proses kelahiran diharapkan sudah pulih. Masa nifas pun secara umum sudah berakhir.


Jangan ragu untuk melakukan konsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan Anda terkait permasalahan aktivitas seksual Anda dan pasangan pada masa kehamilan.


Selanjutnya, dokter akan mengkaji apakah terdapat faktor-faktor risiko pada kehamilan yang dapat membahayakan janin dan memberikan saran praktis untuk mempertahankan kualitas aktivitas seksual Anda dan pasangan.