Bebas Saraf Terjepit

Senin, 04 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Penanganan saraf terjepit pada tulang belakang kini dapat dilakukan dengan tindakan invasif minimal

Bebas Saraf Terjepit

Bentuk tulang belakang manusia sangat unik. Terdiri dari ruas-ruas spesifik yang memungkinkan manusia bisa bergerak meliuk-liuk. Namun, karena bentuk yang beruas-ruas ini, tidak jarang terjadi kondisi yang disebut Herniated Nucleus Pulposus (HNP), atau sering disebut saraf terjepit.


Di antara ruas-ruas tulang belakang, terdapat sendi. Sendi yang terletak di bagian belakang disebut dengan facet joint, sementara yang di depan dikenal dengan sebutan diskus intervertebral. Normalnya, diskus terdiri dari dinding (annulus) dan inti yang berupa seperti jel.


Annulus merupakan bagian yang sangat kuat karena berfungsi sebagai penahan beban saat kita beraktivitas. Namun, dalam keadaan tertentu, annulus dapat pecah ataupun robek. Robekan annulus menjadi jalur keluarnya saraf yang berada di belakang annulus, dan menimbulkan rasa sakit yang menjalar dari bokong hingga ke tungkai bawah.


Kondisi inilah yang disebut dengan HNP atau saraf terjepit.


Penyakit saraf terjepit ini kerap dialami oleh orang-orang usia produktif, dan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: 


  • Aktivitas ekstrem (loncat, angkat besi, dan lain-lain) 
  • Jaringan kolagen yang lemah (genetik) 
  • Ras (orang Kaukasia lebih berisiko dibandingkan orang Asia) 
  • Berat badan berlebih (obesitas) 
  • Jenis kelamin (pria lebih berisiko dibandingkan wanita) 
  • Usia


Selain itu, makanan, polusi, serta aktivitas sehari-hari juga dapat menjadi faktor penunjang terjadinya HNP.


Jenis dan Cara Mengatasi Saraf Kejepit

Secara umum, terdapat tiga jenis HNP:


  • Protrusion: terlihat tonjolan pada tulang belakang tetapi belum mengganggu saraf
  • Extrusion: inti diskus keluar dari dinding annulus dan menekan saraf 
  • Sequestration: inti diskus yang keluar dari dinding annulus terlepas dari ruasnya, lalu masuk ke rongga tulang belakang, serta sangat menekan saraf


Kasus protrusion dapat ditangani dengan terapi obat atau dibantu dengan fisioterapi dan perubahan perilaku, misalnya perubahan jenis aktivitas yang dilakukan, serta modifikasi cara duduk yang baik.


Sementara, extrusion dan sequestration perlu ditangani dengan tindakan pembedahan, salah satunya dengan Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy (PELD).

Tindakan invasif minimal ini dilakukan dengan memasukkan alat berdiameter 6 milimeter melalui kulit menuju bantalan yang pecah atau sakit.


Alat tersebut kemudian dihubungkan dengan kamera, sehingga kondisi bantalan dapat dilihat oleh dokter melalui monitor. Tindakan ini hanya memerlukan pembiusan lokal di area sekitar kulit tempat alat tersebut dimasukkan.


Di masyarakat, kerap kali terdapat pemikiran bahwa operasi pada tulang belakang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Namun, adanya pemberian bius lokal memungkinkan dokter untuk dapat terus berkomunikasi dengan pasien.


Saat tindakan berlangsung, dokter pun akan meminta pasien menggerakkan kakinya untuk memastikan tidak adanya gangguan pada saraf. Oleh karena itu, tidak perlu lagi ada kekhawatiran bahwa operasi pada tulang belakang, khususnya dengan PELD, dapat mengakibatkan kelumpuhan.


Melalui tindakan ini, inti diskus yang keluar akan diambil. Sementara, annulus yang pecah akan merapat secara alami. Karena tindakan ini invasifnya sangat minimal, tidak banyak jaringan yang cedera dan nyeri setelah tindakan pun menjadi minim.


Maka dari itu, pemakaian obat pengurang rasa sakit yang kuat dapat dihindari dan proses pemulihan juga bisa lebih cepat dibanding dengan operasi terbuka (open surgery).


Nah, penting untuk diingat pula bahwa HNP dapat terjadi secara berulang jika Anda tidak mengubah pola aktivitas yang buruk ataupun berlebihan. Jadi, usahakan untuk mengikuti petunjuk dokter dengan baik, ya.