Bahaya Difteri pada Anak

Selasa, 12 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh sehat dan berkembang dengan baik

Bahaya Difteri pada Anak

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang memproduksi toksin (racun) yang dapat merusak jaringan dan organ tubuh manusia. Difteri umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat juga menyerang kulit. 


Penderita yang terinfeksi kuman difteri sering tidak menunjukkan gejala apapun sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Apabila tidak menjalani pengobatan dengan tepat, mereka berpotensi menularkan penyakit ini kepada orang di sekitarnya, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi.


Gejala difteri muncul secara bertahap, yaitu demam dengan suhu kurang lebih 38oC, nyeri saat menelan, serta adanya selaput berwarna putih keabuan di tenggorokan yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah jika dicoba diangkat (pseudomembran). Bila gejala tersebut berlanjut, akan terjadi bengkak di area leher seperti leher sapi (bullneck), dan sesak napas yang disertai bunyi (stridor).


Difteri sangat menular dan dan dapat mengancam jiwa, karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti kelumpuhan otot jantung dan penyumbatan saluran pernapasan. Tidak semua orang yang terinfeksi kuman difteri pasti menunjukkan gejala. Orang seperti ini disebut carrier (pembawa kuman), dan masih dapat menyebarkan bakteri tersebut.


Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan


Bagaimana Penyebaran Penyakit dDifteri?

Penyebaran bakteri penyebab difteri dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri.


Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:


  • Terhirup percikan ludah penderita melalui udara saat penderita bersin atau batuk (cara ini merupakan penularan difteri yang paling umum)
  • Sentuhan langsung pada luka borok (ulkus) penderita difteri. Penularan ini umumnya terjadi pada penderita yang tinggal di lingkungan yang padat penduduk dan kebersihannya tidak terjaga.


Baca juga: Serba-Serbi Alergi


Bagaimana Penanganan Penyakit Difteri?

Penanganan pasien difteri ada tiga yaitu:


  1. Menetralisir racun, dapat dilakukan dengan cara memberikan anti tetanus serum (ATS)
  2. Membunuh (eradikasi) kuman, yaitu dengan pemberian antibiotik selama 14 hari
  3. Mengatasi komplikasi


Baca juga: Imunisasi Lengkap untuk Perlindungan Maksimal


Penanganan yang penting lainnya adalah penanganan terhadap close contact yaitu orang-orang yang terdekat dengan pasien, dengan cara dilakukan pemeriksaan kultur apus tenggorok, dan diberikan antibiotik pencegahan hingga ada hasil kultur tersebut. 


Selain penderita, terdapat juga carrier difteri yaitu orang yang terinfeksi kuman difteri tetapi tidak memperlihatkan gejala sakit. Penanganannya adalah dengan tetap memberikan antibiotik pencegahan, dan orang tersebut harus diisolasi untuk mencegah kontak dengan orang luar.


Apakah Penyakit Difteri Dapat Dicegah?

Penyakit difteri dapat dicegah dengan memberikan imunisasi DPT sebanyak 3 kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan, dilanjutkan booster pada usia 17 bulan, 5 tahun (DT/DPT), dan 12 tahun (Td/Tdap). Bagi yang berusia di atas 12 tahun, vaksin Td/Tdap dapat diberikan setiap 10 tahun sekali.