Setiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh sehat dan berkembang dengan baik
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang memproduksi toksin (racun) yang dapat merusak jaringan dan organ tubuh manusia. Difteri umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta dapat juga menyerang kulit.
Penderita yang terinfeksi kuman difteri sering tidak menunjukkan gejala apapun sehingga penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Apabila tidak menjalani pengobatan dengan tepat, mereka berpotensi menularkan penyakit ini kepada orang di sekitarnya, terutama mereka yang belum mendapatkan imunisasi.
Gejala difteri muncul secara bertahap, yaitu demam dengan suhu kurang lebih 38oC, nyeri saat menelan, serta adanya selaput berwarna putih keabuan di tenggorokan yang tidak mudah lepas dan mudah berdarah jika dicoba diangkat (pseudomembran). Bila gejala tersebut berlanjut, akan terjadi bengkak di area leher seperti leher sapi (bullneck), dan sesak napas yang disertai bunyi (stridor).
Difteri sangat menular dan dan dapat mengancam jiwa, karena dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti kelumpuhan otot jantung dan penyumbatan saluran pernapasan. Tidak semua orang yang terinfeksi kuman difteri pasti menunjukkan gejala. Orang seperti ini disebut carrier (pembawa kuman), dan masih dapat menyebarkan bakteri tersebut.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Pernapasan
Penyebaran bakteri penyebab difteri dapat terjadi dengan mudah, terutama bagi orang yang tidak mendapatkan vaksin difteri.
Ada sejumlah cara penularan yang perlu diwaspadai, seperti:
Baca juga: Serba-Serbi Alergi
Penanganan pasien difteri ada tiga yaitu:
Baca juga: Imunisasi Lengkap untuk Perlindungan Maksimal
Penanganan yang penting lainnya adalah penanganan terhadap close contact yaitu orang-orang yang terdekat dengan pasien, dengan cara dilakukan pemeriksaan kultur apus tenggorok, dan diberikan antibiotik pencegahan hingga ada hasil kultur tersebut.
Selain penderita, terdapat juga carrier difteri yaitu orang yang terinfeksi kuman difteri tetapi tidak memperlihatkan gejala sakit. Penanganannya adalah dengan tetap memberikan antibiotik pencegahan, dan orang tersebut harus diisolasi untuk mencegah kontak dengan orang luar.
Penyakit difteri dapat dicegah dengan memberikan imunisasi DPT sebanyak 3 kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan, dilanjutkan booster pada usia 17 bulan, 5 tahun (DT/DPT), dan 12 tahun (Td/Tdap). Bagi yang berusia di atas 12 tahun, vaksin Td/Tdap dapat diberikan setiap 10 tahun sekali.