Atasi Kelainan Bentuk pada Tulang dengan Limb Lengthening & Reconstruction

Minggu, 03 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Memiliki kelainan tulang khususnya pada lengan dan tungkai kaki akibat dari trauma atau bawaan dari lahir? Tindakan limb lengthening& reconstruction dapat mengatasi kelainan tulang ini

Atasi Kelainan Bentuk pada Tulang dengan Limb Lengthening & Reconstruction

Memiliki kelainan tulang khususnya pada lengan dan tungkai kaki akibat dari trauma atau bawaan dari lahir? Tindakan limb lengthening & reconstruction dapat mengatasi kelainan tulang ini. Tindakan ini dapat dilakukan mulai dari usia anak hingga dewasa. 


Limb lengthening and reconstruction adalah salah satu cabang ilmu ortopedi yang mempelajari mengenai pemanjangan alat gerak di lengan dan tungkai kaki pada keadaan, misalnya, tungkai kaki tidak sama panjang (leg length discrepancy).


Pada bidang ini dipelajari juga cara mengoreksi kelainan bentuk, seperti tulang yang bengkok dan melengkung, penanganan infeksi tulang, hilangnya sebagian segmen tulang, serta keadaan di mana patah tulang yang tidak dapat menyambung atau disebut non-union


Faktor Penyebab Kelainan Tulang 

Tindakan pengoreksian tulang biasanya dilakukan karena adanya kelainan tulang, khususnya di sekitar tungkai kaki dan lengan. Hal ini terjadi karena beberapa penyebab, tergantung jenis kelainan yang diderita. Berikut ini jenis-jenis kelainan tulang:


  1. Kelainan pendeknya tungkai kaki, kelainan bentuk tungkai kaki dan lengan, disebabkan oleh kelainan bawaan seperti skeletal displasia, hemimelia, limb deficiency, hemihipertrophi, radial club hand, multiple hereditary exostoses, oliers disease, dan osteogenesis imperfecta 
  2. Bentuk tungkai khususnya jenis kaki X atau kaki O, biasanya terjadi karena adanya defisiensi zat gizi seperti defisiensi vitamin D atau rickets. Selain itu juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal, seperti hiperparatiroid
  3. Kaki O jenis tibia vara disebabkan oleh blount disease
  4. Bone defect, yaitu hilangnya sebagian segmen tulang karena infeksi, tumor maupun patah tulang yang berat 
  5. Pseudoarthrosis, baik yang berasal dari bawaan sejak lahir atau setelah cedera yang menyebabkan patah tulang dan tulang menjadi sulit menyambung
  6. Malunion fracture, yaitu kelainan bentuk tulang akibat penyambungan patah tulang yang tidak sesuai, sehingga berbentuk bengkok, memutar, ataupun menjadi lebih pendek
  7. Sementara masalah yang paling sering dialami oleh pasien adalah leg length discrepancy atau kedua tungkai kaki yang tidak sama panjang. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh cedera dan patah tulang yang sembuh ataupun tidak sembuh namun setelah itu menjadi pendek. Kelainan ini bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan


Diagnosis Kelainan Tulang

Dokter biasanya akan merujuk pasien melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui masalah dan penyebab dari kelainan tulang yang dialami. Selanjutnya, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:


  • Pemeriksaan radiologi dengan scannogram untuk melihat kelainan pada tungkai dari panggul sampai pergelangan kaki
  • Bila diperlukan, dokter akan merujuk untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa CT-Scan atau MRI
  • Pemeriksaan laboratorium, terutama bila diduga adanya kekurangan zat gizi seperti kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfor
  • Pemeriksaan hormon seperti hormon paratiroid, apabila kelainan bentuk yang terjadi kemungkinan disebabkan karena kelebihan hormon tersebut


Penanganan dengan Teknik Pembedahan Minimal Invasive

Prosedur limb lengthening and reconstruction dilakukan dengan metode pembedahan minimal invasive. Pembedahan dengan cara ini menggunakan sayatan berukuran kecil sehingga tidak banyak merusak jaringan lunak sekitar tulang sehingga masa pemulihan pasien diharapkan dapat lebih cepat dengan risiko infeksi lebih kecil.


Tata laksana pembedahan ini dimulai dengan pemasangan alat di luar tungkai kaki pasien atau external fixator seperti alat limb reconstruction system, ilizarov konvensional maupun computerized. Kemudian dilakukan osteotomy atau pemotongan tulang.


Selanjutnya dengan alat-alat tersebut juga dapat dilakukan proses pemanjangan berkala dan juga koreksi kelainan bentuk lain seperti meluruskan tungkai yang bengkok atau terputar. 


Sumber: http://www.yankes.kemkes.go.id/read-apa-itu-illizarov-8385.html 


Setelah tindakan bedah, pasien memerlukan 2 – 3 hari untuk menjalani program fisioterapi awal. Fisioterapi yang dilakukan bertujuan untuk early mobilization atau percobaan berjalan awal dengan bantuan tongkat, walker, maupun kursi roda.


Biasanya doker akan menilai luka operasi dalam waktu 1 – 2 minggu setelah dilakukannya tindakan. Bila tidak ada infeksi dan luka kering, maka dapat langsung dilakukan pencabutan benang serta edukasi perawatan mandiri terhadap alat bantu yang sedang digunakan.


Proses pemanjangan tungkai maupun koreksi kelainan bentuk lainnya ini dilakukan secara bertahap atau gradual. Alat yang telah dipakai akan dipertahankan sampai bentuk tungkai yang diinginkan pasien dan dokter tercapai.


Alat akan digunakan sampai tulang mengeras. Pasien boleh mengganti alat dengan tipe jenis lain, misalnya menggantinya dengan alat yang dipasang di dalam/internal fixator.


Untuk menghindari terjadinya infeksi pada bekas luka operasi, pasien harus menjaga kebersihan alat yang digunakan serta kebersihan kulit di sekitar luka operasi. Caranya dengan melakukan perawatan harian yang sudah diajarkan oleh tim medis sesuai tindakan.


Selama pemasangan alat, pasien juga disarankan tetap aktif melakukan fisioterapi atau latihan strengthening dan stretching. Hal ini dilakukan untuk mencegah sendi dan tulang tetap fleksibel dan tidak kaku.


Tindakan limb lengthening and reconstruction memungkinkan si kecil memiliki bentuk tulang yang diinginkan. Tindakan ini juga dilakukan dengan metode invasif minimal sehingga masa pemulihannya tidak lama. Setelah tindakan dilakukan, sebaiknya si kecil selalu berkonsultasi dengan dokter hingga dapat beraktivitas kembali dengan normal.