Alzheimer, Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Mencegahnya?

Selasa, 05 Maret 2024

RSPI Facebook linkRSPI twitter linkRSPI Linkedin link
RSPI link

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Walaupun ada pengobatan untuk menghambat perkembangan penyakit Alzheimer, akan tetapi lebih baik kita mengantisipasi sejak dini agar tidak terkena penyakit ini

Alzheimer, Apa yang Dapat Kita Lakukan untuk Mencegahnya?

Istilah Alzheimer tentu sudah familiar di telinga banyak orang. Penyakit ini merupakan jenis demensia yang paling sering ditemukan. Demensia sendiri, dalam bahasa orang awam, adalah “penyakit pikun”.


Perlu dipahami, yang dimaksud pikun di sini bukan sekadar berkurangnya memori pada usia lanjut, melainkan termasuk menurunnya kemampuan lain dari otak, seperti berpikir dan interaksi sosial.


Saat ini, seiring berkembangnya teknologi informasi, banyak cerita dan materi video yang memperlihatkan bagaimana memprihatinkannya keadaan penderita Alzheimer. Keluarga terdekat seringkali merasa sang penderita sudah “berubah” kepribadiannya.


Jika penyakit sudah dalam tahap lanjut, banyak penderita sudah tidak bisa mengenali siapa-siapa termasuk pasangan atau anaknya sendiri, bahkan merawat diri sendiripun sudah tidak mampu. 


Otak penderita Alzheimer memang mengalami perubahan seperti adanya plak neuritik, peptida beta amiloid, dan degenerasi neurofibrilar. Hal-hal ini baru jelas terlihat jika jaringan otak penderita diperiksa di bawah mikroskop.


Perlu diketahui, penyakit degeneratif ini sifatnya progresif dan tidak bisa dikembalikan seperti keadaan waktu muda. 


Penyebab sebagian kasus Alzheimer diperkirakan berupa faktor genetik atau keturunan. Bagi orang-orang yang mempunyai kerabat yang menderita Alzheimer, ada baiknya lebih waspada.


Alzheimer juga banyak dipengaruhi oleh faktor penyakit lain, gaya hidup, dan lingkungan.


Berikut ini hal-hal penting yang perlu diingat:


  • Tekanan darah dan kolesterol. Rutinlah berobat dan meminum obat darah tinggi sesuai anjuran dokter. Perhatikan juga kadar kolesterol Anda, terutama kadar LDL-C.
  • Hindari kegemukan dan jaga kadar gula darah. Obesitas dan diabetes tipe 2 bisa meningkatkan risiko Alzheimer sampai satu setengah kali lipat.
  • Rajinlah berolahraga. Orang yang rutin berolahraga mempunyai volume bagian otak tertentu yang lebih besar dibanding yang jarang bergerak.
  • Tetap terus belajar hal baru sampai hari tua. Contohnya seperti biliuner Warren Buffet yang menghabiskan minimal separuh waktu luangnya untuk membaca dan belajar sehingga di usia 88 tahun beliau tetap prima memimpin perusahaan investasi yang besar.
  • Jangan merokok. Waspada juga bagi para perokok pasif.
  • Perhatikan faktor-faktor risiko lingkungan, polusi udara, dan penggunaan pestisida.
  • Waspada dengan penyakit-penyakit berikut ini: serebrovaskular (misalnya stroke) yang sering hadir bersamaan Alzheimer dan menyebabkan demensia jenis campuran; kalsifikasi arteri koroner jantung dan menebalnya arteri karotis di leher; serta cedera kepala berat, terutama dengan penurunan kesadaran sampai 30 menit atau lebih.
  • Jaga juga kesehatan mental. Depresi seringkali berhubungan dengan Alzheimer. Keduanya ibarat telur dan ayam, mana yang lebih dahulu terjadi seringkali sulit ditentukan.
  • Makanan yang sehat juga mempengaruhi kesehatan otak. Misalnya, makanan ala mediterania yang berupa biji-bijian utuh, buah dan sayur, ikan, kacang-kacangan, minyak zaitun, serta batasi konsumsi daging merah. 
  • Jika ada gejala-gejala seperti penurunan daya ingat, emosi labil, tidak mampu memecahkan masalah sederhana, sering kehilangan barang, perubahan kepribadian, atau gejala lain yang sudah lebih berat, disarankan segera berkonsultasi ke dokter spesialis saraf agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan sejak dini. 


Tata laksana dan pengobatan sesuai penelitian sudah terbukti menghambat perkembangan Alzheimer. Usia lanjut adalah suatu karunia, tapi karunia ini harus dilengkapi dengan kesehatan otak yang optimal. Otak sehat menjadi kunci menikmati indahnya hidup di usia lanjut.